Program MBG: Solusi Pangan Terjangkau dan Pemberdayaan Lokal yang Patut Dilanjutkan

  • Bagikan

 

Di tengah tekanan ekonomi yang masih membayangi sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama saat momen-momen penting seperti bulan Ramadan, kehadiran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memberikan harapan baru. Program yang digagas pemerintah ini bukan hanya berfokus pada pemenuhan gizi masyarakat, tetapi juga menjadi katalisator penguatan ekonomi lokal. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pelaksanaan MBG menunjukkan bahwa intervensi yang tepat sasaran bisa menjawab dua persoalan sekaligus: akses terhadap makanan bergizi dan pemberdayaan masyarakat secara ekonomi.

MBG hadir sebagai solusi konkret bagi masyarakat berpenghasilan rendah, terutama keluarga yang memiliki anak usia sekolah. Melalui distribusi makanan bergizi secara gratis, program ini tidak hanya mengurangi beban pengeluaran harian masyarakat, tetapi juga mendukung perkembangan fisik dan kecerdasan anak-anak sejak usia dini. Dengan sasaran utama siswa sekolah dan pesantren, MBG menjadi garda depan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia NTB.
Selama bulan Ramadan 2025, pelaksanaan MBG di berbagai wilayah NTB, termasuk Kota Bima, tetap berjalan tanpa jeda. Menu makanan tetap dihargai sebesar Rp10.000 per porsi, sebagai bentuk jaminan keterjangkauan namun tetap dengan kualitas gizi yang baik. Hal ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam menjaga kesinambungan program dan menunjukkan bahwa MBG bukanlah proyek sesaat, melainkan bagian dari strategi pembangunan jangka panjang.

Selain manfaat sosialnya, program ini juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal. MBG secara tidak langsung mendorong kemandirian pangan daerah. Di NTB, produksi telur lokal sudah mencapai surplus, menandakan kesiapan daerah dalam memenuhi kebutuhan protein hewani tanpa harus bergantung pada pasokan dari luar. Ini bukan hanya kabar baik bagi ketahanan pangan, tapi juga membuka peluang ekonomi baru.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, Muhammad Riadi, menggarisbawahi bahwa program MBG dapat menjadi pintu masuk pengembangan sektor peternakan sapi perah di NTB. Dengan permintaan bahan pangan yang meningkat akibat MBG, masyarakat desa kini memiliki peluang baru untuk berwirausaha dan meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa MBG tidak hanya memberi makan, tetapi juga menciptakan mata pencaharian dan memperkuat ekonomi desa.

Dukungan dari berbagai pihak menjadi tulang punggung keberhasilan program ini. Keterlibatan TNI melalui Kodim Mataram memastikan bahwa distribusi makanan berjalan lancar dan tepat sasaran. Keterlibatan ini memperkuat aspek logistik sekaligus menjaga integritas pelaksanaan di lapangan. Di sisi lain, sektor swasta dan organisasi masyarakat turut berperan aktif dalam menguatkan rantai pasok MBG.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) NTB, Faurani, mendorong partisipasi pelaku usaha perempuan di NTB untuk mengambil peran lebih besar dalam mendukung program ini. Mereka didorong untuk membuka dapur, menyuplai bahan baku, dan mengelola sistem distribusi. Menurut perhitungan Kadin NTB, potensi perputaran uang dari program MBG di NTB bisa mencapai Rp4 triliun per tahun, atau sekitar Rp1,5 miliar setiap bulannya untuk satu dapur yang melayani 3.000 penerima. Ini adalah angka signifikan yang menunjukkan dampak ekonomi luar biasa dari program ini jika dikelola dengan baik.

Perempuan Indonesia Maju (PIM) NTB, di bawah kepemimpinan Baiq Diyah Ratu Ganefi, telah mengambil langkah konkret dengan menyiapkan tiga dapur MBG di Ampenan Kota Mataram, Labuapi dan Narmada di Lombok Barat. Organisasi ini tidak hanya menyediakan dapur dan bahan baku, tetapi juga menjalin kerja sama erat dengan Kadin NTB dan pemangku kepentingan lainnya. Peran aktif organisasi perempuan ini mempertegas bahwa program MBG merupakan panggilan kebersamaan, bukan sekadar urusan pemerintah semata.

Melihat berbagai sisi keberhasilan tersebut, MBG patut dilihat sebagai program multifungsi yang menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ia bukan sekadar bantuan sosial yang membagikan makanan, melainkan sebuah strategi pembangunan inklusif yang memperkuat semangat gotong royong, menyehatkan generasi muda, dan mendongkrak ekonomi lokal. Jika diteruskan dan diperluas dengan pendekatan sistemik dan berbasis komunitas, MBG dapat menjadi model nasional dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, berdaulat dalam pangan, dan adil secara sosial.

Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat, mulai dari keluarga, komunitas, organisasi, hingga sektor swasta, diajak untuk memberikan dukungan terhadap Program Makan Bergizi Gratis. Partisipasi aktif masyarakat akan menjadi kunci keberhasilan jangka panjang dari program ini. Bersama, mari kita jaga kesinambungan MBG sebagai salah satu upaya menciptakan masa depan yang lebih sehat, lebih mandiri, dan lebih sejahtera bagi generasi penerus bangsa.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *